Rabu, 25 Februari 2015

Debu di Sudut Hati

Cerita ini hanya fiktif belaka :)



Debu di sudut hati





" Aku selalu rela walaupun hanya sekedar menjadi teman berbagi kamu " -- Tasya.

" Aku tak pernah sadar bahwa rasa ini seperti debu, tak terlihat namun saat terusik menyebar ke seluruh ruang hatiku" -- Bisma.






***

" Bismalam woy... lama amat sih! katanya cuma ngambil minum  " teriakku dari lantai atas kemudian beranjak tutun kelantai bawah.

" Jangan teriak-teriak sayang, Bisma lagi ada di ruang tamu tuh. Ada teman-teman kampusnya" ucap Bunda Aira alias bundanya Bisma. Yah, gue memang sedang berada di rumah Bisma.

" Eh bunda.. " ucapku cengengesan sambil mengambil satu minuman diatas nampan.

" eh.. kok di minum sih sayang. Itu buat tamu " ucap Bunda.

" Yah.. udah terlanjur aku minum bun. Buat lagi aja yah, da Bunda mah cantik" rayuku.

" Kamu tuh yah.. ya udah ikut bunda ke dapur bikin minuman lagi sekaligus ngambil cemilan. Entar kamu yang anter ke depan" cerocos Bunda.

" Siap bos! laksanakan!" ucap gue bak petugas paskibra kemudian jalan dibelakang bunda.

Setelah selesai akupun mengantar minuman beserta cemilan ke ruang tamu. sekalian mau ngecengin teman-teman kampusnya Bisma, siapa tahu ada yang cakep walaupun tak ada yang bisa menyaingi karisma seorang Bisma di mataku. Ups!! aku keceplosan. Semoga tak ada yang bisa membaca pikiranku ini.

" Maaf nih ganggu, silahkan diminum " ucapku sambil menaruh minuman diatas meja.

" Kok loe gak cerita bro kalau loe punya adik secantik bidadari" ucap salah satu teman Bisma yang memakai topi.

" Dia bukan adik gue " jawab Bisma.

" Terus dia siapa? sepupu? temen?" cerocos cowok satunya lagi.

Bisma hanya menggeleng.

" Jangan-jangan dia pacar loe yah.. wah parah loe! Dara mau dikemanain?" ucap cowok bertopi tadi.

" Aku sih berharap kamu jawab begitu bis.. tapi tunggu? Dara? siapa dia?" ucapku dalam hati.

" apaan sih loe.. dia sobat gue.. dan gak usah bawa-bawa Dara" terang Bisma sambil menjitak kepala cowok bertopi tadi.

" Wah sayang sekali, cewek secantik ini cuma jadi sahabat. Mending sama aku aja cantik. Kamu bakal jadi Ratu dihati aku" ucap cowok yg satunya.

Aku hanya tersenyum mendengarnya.

" Loe berdua gak usah tebar pesona disini. Dan loe sya ke atas gih, lanjutin main PSnya" ucap Bisma terlihat sedikit kesal seolah miliknya tak boleh diganggu gugat. "Milik-nya? mimpi aja kamu sya.. sya" pikir gue kemudian pamit untuk pergi ke atas daripada harus ngedengerin perbebatan cowok-cowok tersebut.


***

Malam ini aku berdiam di balkon kamarku. Setelah pulang dari rumah Bisma aku selalu berfikir tentang siapa Dara. Mengapa aku tidak tau sama sekali tentang Dara. Biasanya Bisma selalu cerita apapun padaku. Termasuk tentang cewek-ceweknya yang biasanya hanya sekedar untk jadi mainannya, yah.. Bisma memang playboy cap dodol. Walaupun begitu aku tetap menaruh hati padanya. Kalian mungkin berfikir aku sahabat Bisma dari kecil. Pemikiran itu salah sekali. Aku menjadi teman Bisma sejak SMA. Pertemuan kita seolah terencana. Gue yang ditolongin dia waktu kena jambret, gak sengaja tabrakan ditoko buku, sampai pertemuan ketiga di depan rumahnya yg ternyata bersebelahan dengan rumah baruku. Gue mulai menaruh hati padanya walaupun dia selalu cuek. Niat gue mendekatinya sepaya bisa jadi pacarnya. Kenyataannya? aku hanya menjadi sahabatnya.

" huft... Walaupun begitu aku selalu rela menjadi teman berbagi kamu Bis..." lirihku sambil memandang bayangan bisma dari balik jendela kamarnya yang belum tertutup. Bisma sedang sibuk mengobrol di telepon sambil tersenyum riang.

" Senang liat kamu senang, sesederhana itu rasaku.. walaupun rasa egois ingin memiliki tetap ada" ucapku dalam hati.

***

Pagi ini aku ada jadwal ngampus pagi. Tapi sayangnya aku terlambat bangun yang membuatku kelimpungan sana sini seolah waktu mengejar-ngejarku, walaupun sebenarnya aku yang mengejar waktu.

" Mom.. aku berangkat yah. assalamualaikum " pamitku pada my mommy.

" Nggak sarapan dulu sayang?" tanya Mommy.

" Nggak mom, aku udah kesiangan" ucapku agak sedikit berteriak sambil berlari kecil keluar rumah.

" Makanya jangan terlalu lama mikirin Bisma. Jadinya tidur terlambat dan akhirnya terlambat " omel Mommy.

Aku mendadak berhenti mendengar ucapan Mommy. Kemudian berbalik " You Know me so well my mom.. " ucapku cengengesan kemudian kembali ngacir keluar rumah.


Keterlambatanku hari ini tidak bisa ditoleransi oleh dosen yang satu ini. Daripada capek berdebat mendingan aku ke kantin deh.
" Canteen i'm comming..." ucapku senang.

'Deg' kesenanganku mendadak jungkir balik menjadi rasa sakit. Aku melihat Bisma sedang bercanda dengan seorang gadis yang menurut aku kali ini berbeda. Sikap Bisma dan tatapannya berbeda seperti pada cewek-cewek sebelumnya. Bisma tak segan untuk mengacak-ngacak rambut wanita itu, tingkah Bisma yang aku tau hanya pernah dia lakukan padaku. Inikah alasan kamu bis.. tidak menceritakan tentang gadis ini karena kamu benar-benar menaruh rasa padanya, yang kamu tau mungkin akan menyakitiku karena aku tahu kamu mengetahui perasaanku. Inikah waktunya aku untuk nyerah bis, aku memang tak akan terusik saat beberapa wanita menaruh hati padamu, tapi saat itu kamu yang menaruh rasa saat itu aku mengaku kalah bis.. selamat tinggal.


***

Hari ini hari keduaku di negara orang. Mencoba lari dari rasa sakit yang tak ingin dirasakan jauh lebih mendalam. Yah, setelah insiden di kantin aku memutuskan untuk ikut papih ke singapura. Aku masih belum menentukan akan ditinggal disini atau sekedar pelarian semata.

" Siapa ini? " pikirku bingung saat ingin keluar dan melihat lelaki yang tidur sambil duduk di samping pintu apartement.

" Hey... bangun" ucapku sambil memegang bahu lelaki itu.

" Eng.. " lelaki itu mulai terusik dan kemudian bangun.

" Bisma. ngapain loe disini?" tanyaku mulai sadar bahwa lelaki ini adalah Bisma.

" Mau nemuin cewek terbodoh yang selalu menyimpulkan sesuatu sesuka hatinya sendiri. Tanpa dia tau bahwa semua yang dia lakukan bisa membuat hidup gue jungkir balik" terang Bisma.

" Bisma loe kenapa sih? aneh tau. Terus kenapa penampilan loe kaya orang gila acak-acak kaya gini. Muka loe juga pucat, pasti loe insomnia yah? atau loe sakit?" tanya gue sambil menaruh telapak tangan gue di dahinya.

Bisma menarik tangan gue dari dahinya, kemudian menaruhnya di dadanya. " Yang sakit disini" ucapnya kemudian menarikku kepelukannya.

" Aku harap setelah ini kamu balik ke Indonesia bis. Jangan temuin gue saat hati loe bukan buat gue. Karena gue tau, gue hanya sekedar debu dihidup loe, saat loe tiup dia bisa hilang seketika" terang gue kemudian merenggangkan pelukan Bisma.

" Loe memang seperti debu di sudut hati gue sya, tak terlihat namun saat aku mengusiknya mencoba membuat debu itu menghilang dari tempat asalnnya debu itu malah menyebar ke seluruh ruang hati aku sya. dan aku gak bisa ngebohongin hati aku sya, bahwa aku mencintaimu" jelas bisma dengan senyuman manisnya  yang membuatku tertular untuk tersenyum dengan akhir yang membahagiakan ini.







1 komentar: