Kamis, 22 November 2012

Mathematic Is Love

Cerita ini hanya fiktif belaka, bila ada kesalahan mohon maaf :)

Selamat Membaca ^^


Mathematic is Love






" Arghh!! Kenapa nih soal susah banget!! " kesal gue dalam hati.

Hari ini di jam ketiga dan keempat gue dan teman-teman gue di kelas X 6 sedang ada ulangan matematika. Yang bikin gue kesel kenapa soal-soal ulangan ini sangat jauh berbeda dengan contoh yang dikasih Bu Lilis guru matematika gue. Padahal gue sudah capek-capek bangun jam 4 untuk ngapalin matematika, tapi ternyata soalnya beda dengan yang gue pelajari. Dan yang kalian harus tahu gue itu paling benci dengan pelajaran matematika.
Jika sedang belajar maupun ulangan matematika gue berasa diotak gue melayang angka-angka yang begitu banyaknya. Entah sudah stadium berapa gue benci matematika. Saat ini rasanya gue ingin melambaikan tangan tanda menyerah kaya diacara tv 'masih dunia lain' yang sering adik gue tonton.


Dengan perlahan-lahan gue mengerjakan soal matematika ini biar nilai gue gak dibawah 50 mulu. Gue nyerah! Yang penting kertas ulangan gue udah gue isi dan gak tau deh itu jawaban bener atau nggak. Gue pasrah!

" Eh tadi jawaban soal no 3 itu Y pangkat min 1 per 12 bukan? " tanya teman gue yang duduk didepan gue yang bernama Rara.

" Iya " jawab teman sebangkuku yang bernama karina.

 " kalau yang no 5 jawabannya apa? Gue gak diisi nomer itu " tanya temanku yang satu lagi yang bernama Tasya.

" 8 kurang lima akar 14 " jawab karina lagi.

" Serius jawabannya itu? Berarti gue salah dong! " ucap Rara.

" ishh.... Gak usah bahas tentang matematika deh! Males gue! " ucap gue kesal.

" hahaha Naya Naya sampai kapan loe benci sama yang namanya matematika? " tanya karina.

" Tahu ah gelap! " ucap gue sambil pergi keluar meninggalkan ketiga temanku.

" Eh nay mau kemana? " tanya salah satu dari mereka.

" Kantin " ucapku singkat.

" Ikut! " ucap mereka bertiga sambil menyusulku.

' Bugh ' sebuah buku paket jatuh dari genggaman tangan orang yang gue tabrak.

" Sorry kak " ucap gue sopan, kemudian mengambil buku tersebut.

" Matematika " ucap gue dalam hati sedikit kesal saat tahu buku tersebut adalah buku matematika.

Orang yang gue tabrak tersebut mengambil buku itu dari tangan gue, kemudian pergi meninggalkan gue dan teman-teman gue.

" Omg.. omg... kak reza cakep banget.... " ucap Tasya heboh.

 " Cakep sih cakep tapi cuek banget! " ucap Rara.

 " Ih..... Katanya mau kekantin kok malah ngeliatin kak Reza sih! " proses gue.

 " Yaudah yuk! " ucap mereka.

***

Saat ini gue sedang berada di ruangan guru, tepatnya di depan meja Bu Ria walikelas gue. Beliau menanyakan kenapa nilai matematika gue selalu kecil, padahal nilai pelajaran lainnya besar.

" Ibu mau kamu les sama Reza. Dia kan jago matematika " perintah Bu Ria. Reza, tepatnya Reza Saputra. Orang yang beda satu tingkatan dengan gue, yang tadi sempet gue tabrak saat mau ke kantin. Dia memang sangat pintar dalam pelajaran matematika. Bahkan minggu kemarin dia baru mengikuti olimpiade matematika dan menjadi juara satu.

 " Tapi bu... " ucap gue terpotong.

 " Gak ada tapi-tapian, masa nilai pelajaran lain bagus-bagus tapi satu pelajaran nilainya jelek banget, kan sayang nay " ucap Bu Ria. Beliau memang walikelas yang sangat baik. Beliau akan mencarikan solusi dari permasalahan yang dihadapi para siswa-siswinya.

Akhirnya gue menyetujui perintah Bu Ria. Walaupun gue sebenarnya gak mau harus berhubungan dengan yang berbau matematika.

***

" Coba kerjain soal ini. Caranya sama kaya yang tadi gue jelasin " ucap kak Reza dingin. Siang ini dirumah gue tepatnya pukul 14 gue harus mengikuti les matematika.

Gue mencoba mengerjakan soal yang diberikan oleh kak Reza sesuai dengan contoh yang tadi dia berikan.

" ckckck soalnya yang kaya gini aja gak bisa. Keterlaluan " ucap kak Reza saat memeriksa jawaban gue yang ternyata cuma benar 2 dari 5 soal. Terlihat di buku terbut lebih banyak tanda silang dariada tanda cheklis.


***

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Sudah hampir tiga minggu gue les privat dengan kak Reza. Hasilnya memang lumayan. Nilai ulangan gue selalu lebih dari KKM walaupun tidak besar sekali.

Istirahat ini gue dan teman-teman mau kekantin. Tapi sebelum itu gue mau mengembalikan buku matematika kak Reza yang ketinggalan dirumah gue. Dengan perasaan senang gue berlari-lari kecil menuju kelas kak Reza.

' Deg ' hati gue terasa sakit saat gue memasuki kelas kak Reza. Terlihat kak Reza sedang mengerjakan tugas sambil tertawa gembira dengan seorang cewek. Yang gue tahu itu kak Rina. Salah satu cewek disekolah ini yang cukup dincar oleh para cowok.

" Maaf ganggu kak. Gue cuma mengembalikan buku kak Reza yang kemarin ketinggalan! " ucap gue dingin sambil menyimpan buku tersebut di meja kak Reza, kemudian berlari keluar.

Saat di kantin gue cuma mengaduk-ngaduk mie yang tadi gue pesan tanpa sedikitpun memakanmya.

" Loe kenapa sih nay, kok makananya gak dimakan? " tanya karina.

" Tau nih, dari pas keluar dari kelas kak Reza. Muka loe jadi kusut gitu " ucap Rara.

" Gue gak kenapa-napa kok " ucap gue.

" Masa? Gue gak percaya tuh kalau loe gak kenapa-napa " selidik Tasya.

" Gue kekelas duluan " ucap gue dingin, sambil meninggalakan mereka bertiga.

Saat keluar kantin gue berpapasan dengan kak Reza. Gue bersikap seperti tidak melihatnya. Gua terus berjalan tanpa memperdulikan sapaannya.


***

Pagi ini gue datang kesekolah dengan muka yang ditekuk. Gue kecewa sama kak Reza. Kemarin dia gak datang ke rumah untuk ngajar gue dengan alasan ada kerja kelompok dengan teman-temannya. Tapi apa kenyataannya? saat gue pergi ke mall bareng teman-teman gue setelah dapat kabar kak Reza gak bisa datang, gue ngelihat kak Reza dan kak Rina sedang asyik main di Timezone. Itu yang namanya kerja kelompok?? Hahaha lucu. Argh.... Kenapa coba gue harus marah karena kak Reza jalan berdua dengan kak Rina? bukan urusan gue kan? atau jangan-jangan gue mulai...

" Gak.. gak mungkin gue suka sama kak Reza " ucap gue dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepala.

" Eh nay PR matematika udah? Gue liat yang nomer dua dong! " ucap Tasya yang seketika membuyarkan semua lamunanku. Gue pun menyerahkan buku catatan matematika gue ke Tasya. Ya memang, setelah beberapa minggu les matematika dengan kak Reza gue jadi rajin ngerjain PR matematika. Padahal sebelumnya gue bakal nyalin PR teman-teman gue. Kenapa gue gak les matematika dari dulu? Ibu gue pernah beberapa kali datengin gue les matematika buat gue. Tapi ya gue selalu nolak untuk les matematika karena gue memang gak mau berhubungan dengan yang namanya matematika. Dan Ibu gue senang banget waktu tahu gue mau les matematika.

***

" Sayang... Rezanya udah dateng. Kok kamu gak kebawah? " tanya bunda gue.

" Males ah bun! Suruh pulang aja kak Rezanya " ucap gue. Gue memang lagi males bertemu dengan kak Reza.

" Kok gitu sih! Kan kasihan Rezanya udah capek-capek datang kesini eh malah disuruh pulang " jelas bunda gue.

" Iya deh iya, Naya kebawah " ucap gue akhirnya.


Saat kak Reza ngejelasin gue gak memperhatikan. Gue asyik nyoret-nyoret buku.

" Niat belajar gak sih! " ucap kak Reza kesal saat tahu aku tak memperhatikannya.

" Nggak! " ucap gue singkat.

" Cepet kerjain soal itu! " suruh kak Reza sambil menyerahakan soal padaku.

"Tumben cuma satu soal" pikirku.

Gue pun mengerjakan soal tersebut walaupun rasanya pengen banget menghilang dari hadapan kak Reza yang entah mengapa selalu menatap padaku. Emang dia gak mikir apa, kalau lama-lama aku bakal meleleh ditatap dengan tatapan seolah memuja.

" Memuja? gak mungkin.. gak mungkin.. kamu mulai gila Nay" pikirku.

9x - 7i > 3 (3x - 7 u)
9x - 7i > 9x - 21u
     - 7i > - 21u
       7i < 21u
         i < 3u

" hahah jawabannya lucu. Kalau dibaca itu I love you " ucap gue setelah menyelesaikan soal tersebut.

" Itu perasaan kakak ke kamu " ucap kak Reza diiringi senyuman yang manis.

" hah? "






Di komen ya ^^